EKSISTENSI ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Oleh Arka’a Ahmad Agin
Ketua Wilayah Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama Bangka
Belitung
Orang tua merupakan pendidik terdekat dengan seorang
seorang anak. Seorang anak ketika berada di keluarganya berstatus sebagai anak,
tetapi seorang anak akan menjadi siswa ketika berada di sekolah. Seorang anak
akan mendapatkan pendidikan pertama kali berada di keluarganya. Oleh karena
itu, orang tua harus memberikan kontribusi positif bagi pendidikan anak, baik
pada masa usia pra sekolah maupun pada masa usia sekolah.
Masa usia prasekolah adalah usia
yang rentan bagi anak. Pada usia pra sekolah anak mempunyai sifat imitasi atau
meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Orang-orang dewasa yang paling
dekat dengan anak adalah orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama bagi anak yang mempunyai pengaruh besar. lingkungan keluarga sangat besar
pengaruhnya sebagai stimulan dalam perkembangan anak. Orang tua mempunyai
peranan yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Kenyataan yang
terjadi di masyarakat, bahwa tanpa disadari semua perilaku serta kepribadian
orang tua yang baik ataupun tidak ditiru anak. Anak tidak mengetahui apakah
yang telah dilakukannya baik atau tidak, karena anak usia prasekolah belajar
dari apa yang dia lihat. Pembelajaran tentang sikap, perilaku dan bahasa yang
baik sehingga akan terbentuknya kepribadian anak yang baik pula, perlu
diterapkan sejak dini. Orang tua merupakan pendidik yang paling utama, guru
serta teman sebaya yang merupakan lingkungan kedua bagi anak. Hurlock (1978)
mengatakan, “bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru dan
teman sebaya dari merekalah anak mengenal sesuatu yang baik dan tidak baik” .
Orang
tua memiliki peran yang signifikan dalam memberikan pengetahuan kepada
anak-anak mereka. Hubungan orang tua dalam pembentukan kepribadian dan pemberi
pengetahuan kepada anak tidak dapat dipisahkan karena saling berkorelasi erat.
Hal ini ditegaskan Ki Hajar Dewantara mengatakan “Tiap
orang tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang sudah dibawa
sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan
dasar atau faktor dasar, dan faktor dari luar disebut faktor lingkungan, atau
faktor ajar. Pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut menegaskan bahwa anak memiliki
potensi alami dan potensi bentukan melalui lingkungannya. Faktor alami itulah yang
sering disebut dengan potensi genetik dan faktor lingkungan sebagai faktor
bentukan sebagai potensi edukasi serapan lingkungan. Kedua faktor tersebut
sebagai modal dasar anak dalam mendapatkan pengetahuan.
Orang tua harus mengajarkan
pengetahuan kepada anak memiliki nilai-nilai rasionalitas. Nilai-nilai
rasionalitas akan menumbuhkan pemikiran positif seorang anak untuk selalu
berpikir logis. Pemikiran logis itulah melahirkan sebuah pengetahuan yang
bermanfaat bagi anak dalam memahmi diri sendiri dan lingkungannya. Peran orang
tua dalam keluarga selain lebih banyak bersifat memberikan dukungan belajar
yang kondusif juga memberikan pengaruh pada pembentukan karakter anak, seperti
pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan etika.
Orang tua memiliki dorongan naluri
untuk memberikan pengetahuan kepada anak. Dorongan naluri merupakan kemauan
yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah.
Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup,
seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru
tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan
gerak.
Beberapa langkah yang dapat
dilakukan orang tua dalam mempengaruhi pembentukan pengetahuan anak, yakni; 1.
Pemodelan perilaku (modeling of behavior),
2) Memberikan ganjaran dan hukuman (giving
rewards and punisment), 3) Perintah langsung (direct instruction), 4) Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules), 5) Nalar (reasoning), 6) Menyediakan fasilitas atu
bahan-bahan dan adegan (providing
materials and setting). Keenam langkah orang tua dalam mempengaruhi
pembentukan pengetahuan anak tersebut secara langsung berhubungan dengan pola
asuh orang tua. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak dalam lingkungan keluarga Anak prasekolah maupun setelah bersekolah. Pola
asuh orang tua akan mengajarkan pengetahuan kepada anak untuk belajar cara berinteraksi
dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi dan menjadi teman baik.
Pola asuh yang baik menjadi sumber
inspirasi yang baik bagi peningkatan pengetahuan anak. Anak yang mendapat pola
asuh yang baik akan mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan beberapa
kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi
mereka. Anak yang mendapat pola asuh langsung dari ibunya
akan berbeda dengan anak yang lebih banyak diasuh seorang pembantu atau orang
lain yang bukan orang tuanya.
Kenyataan tersebut menyiratkan
betapa pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa
kanak-kanak. Karena dasar-dasar inilah yang akan membentuk kepribadian yang
dibawa sampai masa tua. Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak
untuk mengenal dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk
pertama kalinya anak mengenal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh
karena itu, orang tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang baik kepada
anak-anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik.