Kamis, 04 Desember 2014

Eksistensi Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak


EKSISTENSI ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Oleh  Arka’a Ahmad Agin
Ketua Wilayah Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama Bangka Belitung

Orang tua merupakan pendidik terdekat dengan seorang seorang anak. Seorang anak ketika berada di keluarganya berstatus sebagai anak, tetapi seorang anak akan menjadi siswa ketika berada di sekolah. Seorang anak akan mendapatkan pendidikan pertama kali berada di keluarganya. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan kontribusi positif bagi pendidikan anak, baik pada masa usia pra sekolah maupun pada masa usia sekolah. 
Masa usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia pra sekolah anak mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Orang-orang dewasa yang paling dekat dengan anak adalah orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak yang mempunyai pengaruh besar. lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya sebagai stimulan dalam perkembangan anak. Orang tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Kenyataan yang terjadi di masyarakat, bahwa tanpa disadari semua perilaku serta kepribadian orang tua yang baik ataupun tidak ditiru anak. Anak tidak mengetahui apakah yang telah dilakukannya baik atau tidak, karena anak usia prasekolah belajar dari apa yang dia lihat. Pembelajaran tentang sikap, perilaku dan bahasa yang baik sehingga akan terbentuknya kepribadian anak yang baik pula, perlu diterapkan sejak dini. Orang tua merupakan pendidik yang paling utama, guru serta teman sebaya yang merupakan lingkungan kedua bagi anak. Hurlock (1978) mengatakan, “bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru dan teman sebaya dari merekalah anak mengenal sesuatu yang baik dan tidak baik” .
            Orang tua memiliki peran yang signifikan dalam memberikan pengetahuan kepada anak-anak mereka. Hubungan orang tua dalam pembentukan kepribadian dan pemberi pengetahuan kepada anak tidak dapat dipisahkan karena saling berkorelasi erat. Hal ini ditegaskan Ki Hajar Dewantara mengatakan “Tiap orang tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar atau faktor dasar, dan faktor dari luar disebut faktor lingkungan, atau faktor ajar. Pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut menegaskan bahwa anak memiliki potensi alami dan potensi bentukan melalui lingkungannya. Faktor alami itulah yang sering disebut dengan potensi genetik dan faktor lingkungan sebagai faktor bentukan sebagai potensi edukasi serapan lingkungan. Kedua faktor tersebut sebagai modal dasar anak dalam mendapatkan pengetahuan.
Orang tua harus mengajarkan pengetahuan kepada anak memiliki nilai-nilai rasionalitas. Nilai-nilai rasionalitas akan menumbuhkan pemikiran positif seorang anak untuk selalu berpikir logis. Pemikiran logis itulah melahirkan sebuah pengetahuan yang bermanfaat bagi anak dalam memahmi diri sendiri dan lingkungannya. Peran orang tua dalam keluarga selain lebih banyak bersifat memberikan dukungan belajar yang kondusif juga memberikan pengaruh pada pembentukan karakter anak, seperti pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan etika.
Orang tua memiliki dorongan naluri untuk memberikan pengetahuan kepada anak. Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua dalam mempengaruhi pembentukan pengetahuan anak, yakni; 1. Pemodelan perilaku (modeling of behavior), 2) Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punisment), 3) Perintah langsung (direct instruction), 4) Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules), 5) Nalar (reasoning), 6) Menyediakan fasilitas atu bahan-bahan dan adegan (providing materials and setting). Keenam langkah orang tua dalam mempengaruhi pembentukan pengetahuan anak tersebut secara langsung berhubungan dengan pola asuh orang tua. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak dalam lingkungan keluarga Anak prasekolah maupun setelah bersekolah. Pola asuh orang tua akan mengajarkan pengetahuan kepada anak untuk belajar cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi dan menjadi teman baik.
Pola asuh yang baik menjadi sumber inspirasi yang baik bagi peningkatan pengetahuan anak. Anak yang mendapat pola asuh yang baik akan mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan beberapa kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi mereka.  Anak  yang mendapat pola asuh langsung dari ibunya akan berbeda dengan anak yang lebih banyak diasuh seorang pembantu atau orang lain yang bukan orang tuanya.
Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak. Karena dasar-dasar inilah yang akan membentuk kepribadian yang dibawa sampai masa tua. Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda