Selasa, 28 April 2015

Legalisasi Prostitusi





Legalisasi Prostutisi?
Oleh Arka'a

Legalisasi prostitusi?
ini bukan wacana tetapi ini pertanyaan yang masih menggantung dan perlu jawaban.
Sebagaimana publik telah mendengar Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyatakan tentang perlunya diatur kembali legalisasi "LOKALISASI" prostitusi.

Pernyataan Ahok ini sebenarnya sebuah pertanyaan yang harus dijawab. Kapisitas untuk menjawabnya bukan lagi alim ulama, akademisi, dan politisi karena kompetensinya bukan lagi debat dalam ranah regulasi atau dalil agama.

Kapasitas menjawabnya sebenarnya langsung dalam bentuk menguji kompetensi. Pertanyaan Ahok itu tanpa disadari ditujukan kepada Presiden Jokowi. Jawaban Jokowi adalah sebuah jawaban "EKSEKUSI". Artinya, jika Jokowi menjawab "tidak" maka langsung sepi, tapi jika "Ya" maka investor "Germo" langsung beraksi. Tentu saja, dalil-dalil para kyai dan akademisi langsung basi. Meskipun agama melarang prostitusi,nikah mut'ah, hubungan sejenis, dan poliandri sebagai perbuatan demoralisasi atau asusila. Tapi jadinya, justru tak berguna.

Hal yang paling diwaspadai justru gerakan investor "GERMO" bukan hanya di DKI, tapi langsung meningkatkan investasi menyerang ke seluruh urat nadi wilayah NKRI ini.

Apakah prostitusi yang disebut ilegal berada di kos-kosan, hotel melati, rumah susun dan dipojok sepi akan hilang??? Nehi-nehi itulah jawabannya. Justru lebih berbahaya dari "Teori Tawon" yang selalu dijadikan alibi selama ini. Yang mengatakan ketika lokalisasi ditutup maka pelaku prostitusi akan liar di mana-mana. Yang terjadi justru Lokalisasi makin marak, hotel mewah makin mantap, dan penggiat prostitusi makin mengkristalisasi diri secara sistematis, masiv, terstruktur dengan alasan legalisasi. Dan tentu saja jika prostitusi dilegalisasi, maka selanjutnya judi dan minuman keras langsung menanti.

Lalu bagaimana dengan para akademisi dan tokoh religi. Mungkin mereka akan belajar lagi? Membuka-buka buku teori dan kitab suci tanpa bisa berbuat lagi. Meskipun ada riak tapi sudah tak berarus lagi, bahkan sebagian mulai menjadi "Pertapa" untuk menyepi.

Saya sangat mendukung langkah razia yang dilakukan ke tempat kos-kosan, hotel melati, dan apartemen kelas "mini" soal langkah pencegahan praktik prostitusi. Tapi saya juga berharap lakukan secara terintegrasi ke hotel-hotel mewah di negeri ini karena siapa tahu disanalah sarang sebenarnya terjadi. Mungkin bukan lagi golongan teri yang ada disana justru kelas "tenggiri"

Dukungan ini selaras dengan ajaran Islam yang saya amalkan saat ini.bahkan, Islam lebih jelas lagi, jangankan langsung sebagai tokoh eksplorasi apalagi eksploitasi dan praktisi, mendekati saja dilarang sama sekali. Jadi, berboncengan dengan lawan jenis bukan muhrim jelas dilarang, hanya saja mungkin regulasi masih belum mumpuni kecuali di provinsi DI Aceh. Mungkin juga bisa bikin pak polisi sibuk sekali karena akan merazia dan mengejar motor yang bukan lagi soal kelengkapan standarisasi berkendara, tetapi sibuk bertanya, muhrimkah anda?

Akhirnya, sekarang semua mata anak negeri masih menunggu jawaban jokowi atas pertanyaan Ahok yang sering muncul di televisi. Semoga saja JOKOWI mampu memberikan jawaban yang pasti sehingga negeri ini tidak terlalu ekstra mikir wacana ahok lagi. Wallahu'alam bissawab. (A3)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda