Menebak Nasib Petani di Era Jokowi
MENEBAK NASIB
PETANI DI ERA JOKOWI
Oleh Arka’a Ahmad Agin
Ketua Wilayah
Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama Bangka Belitung
Presiden Joko Widodo yang lebih akrab
dipanggil Jokowi pada masa kampanye Pemilu Presiden yang lalu mengatakan bahwa
dirinya merasa prihatin dengan nasib petani Indonesia. Bererapa pernyataan
Jokowi yang berhubungan dengan nasib petani Indonesia, misalkan soal
kepemilikan lahan bagi petani, konversi lahan pertanian menjadi: pemukiman,industri,
pertambangan, pengadaan alat pertanian yang masih impor, dan soal peningkatan
hasil pertanian intensifikasi dan ekstensifikasi serta pembangunan bendungan
baru dan saluran irigasi tersier. Semua pernyataan Jokowi itu memang tidak bisa
dilakukan secara langsung karena berhubungan dengan peraturan kebijakan dan
pendanaan. Jokowi pun telah
memulai dengan melakukan kunjungan langsung ‘blusukan’
ke daerah untuk melihat dan mendengar
langsung aspirasi masyarakat daerah. Misalkan Jokowi langsung berkunjung ke
beberapa kabupaten di Pulau Sulawesi. Kunjungan Jokowi juga ingin melihat
langsung potensi pertanian daerah yang ada dan menyerap aspirasi tentang
berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dalam pengelolaan hasil
pertaniannya.
Sikap
Jokowi ini memang memberikan peluang harapan yang lebih baik jika mampu
diimplementasikan kerja nyata dalam program kdan diproteksi dalam bentuk
regulasi yang benar-benar berpihak kepada petani. Tentu saja Jokowi tidak bisa
bekerja sendiri, tetapi harus memperkuat komunikasi dengan pemerintah daerah
serta seluruh stakeholder yang konsen dengan nasib petani.
Petani
sebagai Kelompok Mandiri
Berbicara tentang petani bukan hanya sebatas isu pembangunan
semata. Akan tetapi, harus menjadi bagian dari pembangunan strategis negeri
ini. Petani merupakan kelompok masyarakat mandiri yang tidak pernah menyulitkan
pemerintah. Petani Indonesia selalu mandiri dalam segala hal, baik dalam
pembukaan lahan, penyediaan bibit, perawatan, pemupukan, panen dan pemasaran.
Petani
Indonesia masih sangat kecil mendapat sentuhan dari pemerintah. Sentuhan
pemerintah hadir justru petani hanya dijadikan sebagai objek proyek eksidental
setengah semata dan hasilnya justru tidak jarang menyulitkan petani.
Konsekuensi pembinaan setengah hati tersebut justru menimbulkan image negatif bagi petani karena seringkali
proyek-proyek eksidental tersebut gagal dan masyarakat petani pun dikorbankan
sebagai kambing hitam. Petani sangat susah diubah, berpola pikir tradisional,
dan beberapa alasan yang dapat dijadikan sebagai pembenaran untuk
pengkambinghitaman petani.
Ubah
Orientasi
Adanya
program pembinaan petani setengah hati harus segera dihentikan dan berganti
orentasi menjadi program berkesinambungan dan mencerdaskan. Kesinambungan
program bukan hanya dam bentuk bantuan tetapi lebih kepada pembinaan yang
mengakar untuk mengubah pola pikir (mindset) petani. Petani Indonesia harus
diperkenalkan dengan teknologi pertanian moderen dalam pengelolaan dan
pengolahan lahan pertaniannya dan diberi kemudahan untuk mendapatkan
permodalan. Selain perhatian pada teknologi pertanian dan permodalan, hal yang
terpenting lagi sebagai tugas pemerintah adalah membuat regulasi yang mampu
memproteksi harga hasil produksi petani dan membuka peluang pasar.
Semua
program tersebut tentu akan mengubah orientasi hidup petani negeri ini. Petani
akan meningkat motivasi kerja dan kesadarannya memperjuangkan pendapatan
melalui sektor pertanian dan perkebunan. Desa akan menjadi penyangga utama baru
peningkatan pendapatan masyarakat dan negara. Selain itu, desa akan menjadi
pembuka lapangan kerja produktif bagi anak muda negeri ini. Perubahan orientasi
petani akan mampu mensinergikan percepatan pembangunan kota dan desa.
Konsistensi pembinaan yang mengakar akan maprmpu meningkatkan kuantitas dan
kualitas hasil produksi pertanian dengan standar hieginis yang dibutuhkan
pasar, baik lokal maupun internasional. Oleh karena itu, pembinaan pemerintah
harus memperhatikan potensi pertanian lokal yang sudah familiar dengan
masyarakat setempat. Artinya potensi pertanian lokal yang telah ada harus
diberdaya sebagai bentuk program pembangunan yang memperhatikan konsep kearifan
lokal tanpa harus menggantikan dengan jenis tanaman baru yang masih asing. Hal
terpenting adalah semua jenis tanaman tersebut unggulan dan dilakukan dengan
pembinaan dan permodalan.
Terakhir
yang perlu dipikirkan pemerintah di era Jokowi adalah kemudahan permodalan
melalui perbankan. Tentu pemerintah harus mulai menunjukkan bank khusus untuk
peminjaman modal petani. Selain itu, sebagai bentuk pembinaan pemerintah juga
harus menggalakkan program kemudahan pembuatan sertifikasi lahan pertanian dan
perkebunan masyarakat sehingga bank yang ditunjuk untuk memberikan kemudahan
pemberian modal tidak disulitkan dikemudian hari. Adanya konsistensi dan
keberpihakan kebijakan pembangunan era Jokowi seperti di atas diharapkan akan
memberikan espektasi yang lebih baik bagi petani negeri ini dan jika tidak maka
justru akan jadi bumerang bagi pemerintahan Jokowi-JK sendiri.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda