Renungan Hati atas Hukuman Mati
Renungan Hati atas Hukuman Mati
Oleh: Arka'a Ahmad Agin
Tulisan ini sebagai pengingat kepada siapa saja yang mendukung hukuman mati. Saya sebagai seorang muslim hanya ingin menyampaikan supaya hukuman mati bagi saudara kita para narapidana ditiadakan. Jika masih dilakukan maka saya memohon ampun Allah SWT supaya diampuni dosa bagi mereka yang mendukung, memutuskan dan mengeksekusi serta bagi para korban eksekusi. Tulisan ini juga menegaskan bahwa saya tidak mau menjadi beban pada saat sidang yaumul mahsar nanti karena diamnya saya sebagai seorang muslim. Dan bagi mereka yang masuk dalam mata rantai mendukung hukuman mati setelah disampaikan pesan ini, maka kita berdiri pada garis masing-masing dalam soal tanggung jawabnya, "lana a'maluna wa lakum a'malukum"
Inilah isi renungannya; Sungguh berat beban bagi para eksekutor yang melakukan eksekusi mati para narapidana hukuman mati. Jangankan untuk mengeksekusi mati seorang manusia, seorang jagal hewan saja jika mereka tidak melaksanakan tata cara islami memotong hewan-hewan mereka akan mengalami beban berat saat tua mereka. Hal yang sama juga ketika mereka akan menemui sakratul maut. Kita sering lupa bahwa pada detik-detik sakratul maut kelihatan sekali penderitaan (bagi mereka yang suul khotimah) atau pancaran senyum kebahagiaan (bagi mereka yang khusnul khotimah). Memotong ayam saja memiliki adab dan tata cara yang islami supaya halal dagingnya dan sempurna matinya. Dan, ayam memang harus disembelih (dimatikan) manusia jika ingin memakan dagingnya. Meskipun manusia tidak dimakan dagingnya setelah mati, tapi hak menghilangkan nyawa manusia bukanlah hak seorang eksekutor atau algojo. Jadi, mari kita berpikir kembali, sudah pantaskan hukuman mati diberikan kepada seorang manusia? Wallahu'alam bissawab. (A3)
Oleh: Arka'a Ahmad Agin
Tulisan ini sebagai pengingat kepada siapa saja yang mendukung hukuman mati. Saya sebagai seorang muslim hanya ingin menyampaikan supaya hukuman mati bagi saudara kita para narapidana ditiadakan. Jika masih dilakukan maka saya memohon ampun Allah SWT supaya diampuni dosa bagi mereka yang mendukung, memutuskan dan mengeksekusi serta bagi para korban eksekusi. Tulisan ini juga menegaskan bahwa saya tidak mau menjadi beban pada saat sidang yaumul mahsar nanti karena diamnya saya sebagai seorang muslim. Dan bagi mereka yang masuk dalam mata rantai mendukung hukuman mati setelah disampaikan pesan ini, maka kita berdiri pada garis masing-masing dalam soal tanggung jawabnya, "lana a'maluna wa lakum a'malukum"
Inilah isi renungannya; Sungguh berat beban bagi para eksekutor yang melakukan eksekusi mati para narapidana hukuman mati. Jangankan untuk mengeksekusi mati seorang manusia, seorang jagal hewan saja jika mereka tidak melaksanakan tata cara islami memotong hewan-hewan mereka akan mengalami beban berat saat tua mereka. Hal yang sama juga ketika mereka akan menemui sakratul maut. Kita sering lupa bahwa pada detik-detik sakratul maut kelihatan sekali penderitaan (bagi mereka yang suul khotimah) atau pancaran senyum kebahagiaan (bagi mereka yang khusnul khotimah). Memotong ayam saja memiliki adab dan tata cara yang islami supaya halal dagingnya dan sempurna matinya. Dan, ayam memang harus disembelih (dimatikan) manusia jika ingin memakan dagingnya. Meskipun manusia tidak dimakan dagingnya setelah mati, tapi hak menghilangkan nyawa manusia bukanlah hak seorang eksekutor atau algojo. Jadi, mari kita berpikir kembali, sudah pantaskan hukuman mati diberikan kepada seorang manusia? Wallahu'alam bissawab. (A3)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda