Puisi Nenek Suprihatin
Nenek Suprihatin
Karya Arka'a
Sudah dua hari ku lihat nenek suprihatin duduk merenung diri
Sesekali dia berdiri tapi duduk lagi
Tampak guratan wajah tuanya menggambarkan ke gelisahan hati
Tapi dia tidak mau berbagi
Entah apa yang sedang dia pikiri
Ku beranikan diri mendekati
Ucapkan salam perkenalkan diri
Setelah dekat ku bertanya mencoba memahami
Satu pertanyaan dari hati ke hati
Nek...kenapa duduk sendiri?
Nenek suprihatin pun mulai bereaksi
Tiba-tiba terdengar suara tua bergetar dari mulut yang sudah tidak bergigi
Cucuku...
Dengarkan nasihat nenek ini
Janganlah kamu seperti pejabat negeri ini
Tidak lama lagi nenek akan mati
Selama hidup nenek selalu menerima takdir hidup sesuai kehendak pencipta alam ini
Nama nenek pun suprihatin sejak masih bayi
Nama ini memang sudah menjadi gambaran garis hidup nenek sampai mati
Penuh prihatin dan puasa diri
Cucuku...
Belum pernah nenek mengalami nasib separah sekarang ini
Nenek sedih melihat kondisi negeri ini
Zaman nenek meskipun hidup dalam penjajahan dan tirani
Tapi alam masih banyak menyediakan makanan untuk dinikmati
Orang-orang masih saling peduli
Sementara kini
Harga semua kebutuhan hidup melambung tinggi
Pemerintah semakin tidak peduli
Para pejabat kikir mikir diri sendiri
Lebih memprihatinkan daripada suprihatin ini
Kondisi beginilah yang semakin mempercepat kita ingin mati
Selesai mengucapkan kata mati
Tiba-tiba tubuh nenek Suprihatin tersungkur ke bumi
Rupanya kata mati adalah kata terakhir diucapi
Nenek Suprihatin memang tidak bernafas lagi
Mungkin sudah tidak sanggup menanggung beban hidup ini
Sekarang nenek Suprihatin telah pergi
Mungkinkah nasib Suprihatin akan diwarisi anak negeri ini?
Ihh..ngeri! (A3)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda